Artikel pertama ditayangkan pada blog AFadhillah, pada tanggal 3 Februari 2016

Terjemahan:

Inggris mengimpor 40% dari total makanan konsumsi dan proporsinya meningkat.

Inggris mempunyai industri pertanian yang sangat maju, namun banyak faktor dalam negeri dan internasional mempengaruhi produksi dan harga makanan konsumsi di Inggris. Hal ini terbukti selama terjadi kenaikan harga pangan dunia pada tahun 2008.

Rantai makanan dan minuman merupakan satu-satunya industri terbesar di Inggris dan merupakan 7% dari pendapat nasional bruto Inggris yang mempekerjakan 3,7 juta orang dan bernilai £80 M per-tahun (ref 1).

Namun meskipun Inggris mempunyai sektor pertanian yang berkembang dengan mengekspor makanan dan minuman senilai £12 M pada tahun 2007 (ref 2), Inggris tidak dapat memenuhi kebutuhan produksi makanan; mengimpor 40% total makanan konsumsi dan proporsinya meningkat (ref 1). Sebagai Negara penjual makanan, Inggris bergantung pada impor dan pasar ekspor yang berkembang untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Dibalik rak-rak supermarket yang selalu terlihat penuh terdapat rantai suplai yang sensitif terhadap keadaan ekonomi dan lingkungan. Jumlahnya hujan mempengaruhi hasil panen. Munculnya penyakit eksotis seperti bluetongue dan demam babi Afrika  mengancam industri peternakan.

Inggris juga terpengaruh rentannya pasar produk makanan hewan global yang sangat mempengaruhi harga supermarket. Di dunia yang saling berhubungan, konsumenlah yang harus membayar lebih seperti yang terjadi pada tahun 2008.

 

Kenaikan Harga tahun 2008

Di awal 2008 menjadi puncak peningkatan harga makanan yang mencengangkan. Kenaikan harga mengakhiri penurunan jangka panjang harga relatif makanan di Inggris, dan sedikit orang sangsi harga dapat kembali turun serendah dulu lagi. Di pasar global, selama 12 bulan sebelum bulan Maret 2008 terlihat peningkatan harga gandum sebanyak 130%, kedelai hingga 87% dan beras melonjak 74% (ref 3).

Kenaikan harga komoditas di pasar global memberi pengaruh yang cepat dan signifikan terhadap konsumen Inggris. Dalam sebuah survei oleh kantor berita BBC tentang belanja rumah tangga UK, barang-barang umum seperti makanan kaleng meningkat 15% dan 7 jenis barang dalam survei meningkat lebih dari 40%. Sekantong roti berisi empat buah roti croissants harganya naik 47.4% dan sekantong daging ham 125g meningkat sampai 45.4%. Survei lain menunjukkan bahwa harga buah dan sayuran paling meningkat – naik sampai hampir tiga kali lipat di supermarket pada 2007-2008 (ref 3).

Kenaikan harga makanan paling banyak dirasakan oleh kelompok keluarga ekonomi rendah. Kelompok miskin, 10% rumah tangga Inggris, menghabiskan 15% pengeluaran untuk makanan selama 2005-2006 (setelah harga makanan meningkat signifikan), sebuah angka menunjukkan 10% orang kaya menghabiskan 7% pengeluaran untuk makanan. Hal ini disebabkan karena konsumen kelas bawah menghabiskan proporsi belanja terutama pada susu, telur dan roti – makanan pokok yang paling dipengaruhi oleh kenaikan harga (ref 1, ref 4).

 

Dari Buruk menjadi Parah

Tekanan pada ketahananan pangan Inggris tetap berlangsung. Peningkatan populasi global dan perubahan pola konsumsi menyebabkan peningkatan permintaan makanan dan berkontribusi pada kecenderungan kenaikan harga. Namun ancaman ketahanan pangan Inggris dapat lebih serius jika peningkatan permintaan global dikombinasi dengan masalah potensial lainnya. Masalah yang muncul salah satunya adalah virus bluetongue. Penyakit yang banyak menyerang kambing ini ditularkan oleh gigitan agas Culicoides. Cuaca yang menghangat belakangan ini membuat cakupan geografis agas bergerak ke utara. Agas tiba di Belanda pada tahun 2006 dan wabah pertama kali tercatat di Inggris pada 2007. Sejak itu penyakit tersebut bergerak menyerang Norwegia di tahun 2009.

Dr. Simon Carpenter dari Institut Kesehatan Hewan menyatakan bahwa kemungkinanan satu-satunya cara virus tersebut menyebar adalah melalui agas, namun varietas virus stereotip-A kemungkinan juga menyebar antar plasenta, dari kambing ke domba.

Hal ini berarti, jika virus ini muncul lagi di Inggris di masa mendatang, virus dapat menyerang kawanan domba Inggris lagi. “Selama musim dingin agas berbentuk larva dan tidak menyebarkan virus sampai saat berkembangbiak,” ujar Carpenter. “Hal ini lah yang menjadi alasan virus ini tampak sudah terkendali selama musim dingin sampai setelah musim dingin. Padahal biasanya sudah melumpuhkan populasi di utara.”

Untungnya, pada tahun 2008 sebuah program vaksin untuk menanggulangi wabah penyakit  telah menyelamatkan sekitar £460 juta dan 10.000 pekerjaan di Inggris (ref 5). Namun bluetongue dipastikan kembali dan sudah mempunyai basis di Inggris, yang akan berakibat buruk pada konsumen dan perekonomian Inggris. Ekspor domba akan berkurang, dan kelangkaan daging akan menyebabkan peningkatan harga daging domba serta berakibat pada harga daging lainnya.

 

Berbagai Ancaman

Jika bluetongue menyerang bersamaan dengan penyakit lain, salah satu contohnya yang menyerang gandum, penyakit dapat diatasi satu per satu, namun efek gabungannya dapat menjadi bencana. Pada tahun 2008, panen gandum di Inggris tercatat sebanyak 17.2 Juta ton (ref 6,ref 7). Jika tanaman gandum patogen diserang, Inggris sebagai negara pengekspor sereal dapat mengalami kerugian ekonomi miliaran Pound sterling.

Sayangnya hanya sebuah spesies yang muncul. Varietas Ug99 yang menyerang ‘batang’ atau disebut jamur ‘karat gandum ‘ pertama kali ditemukan di Uganda pada tahun 1999 (Awal singkatan Ug berasal) dan sejak itu menyebar ke Ethiopia, Kenya, Sudan, dan menyebrangi laut merah ke Yemen dan Iran (ref 8).

Gandum-gandum di dunia bertahan dengan menggunakan perlindungan atas ketiga gen anti-karat utama. Para ahli menyatakan jika wabah mencapai Pakistan dan India, atau negara penghasil gandum lainnya, maka akan menjadi bencana. Karat gandum dapat menginfeksi tanaman yang sehat dalam hitungan jam dan mengubahnya menjadi mulsa dalam beberapa hari. Para peneliti sekarang berlomba dengan waktu untuk mengembangkan vaksin baru untuk gandum tahan Ug99.

Masalah lain yang juga dialami oleh negara penghasil makanan lain adalah kekhawatiran terhadap penurunan populasi serangga penyerbuk, seperti lebah, ngengat dan kupu-kupu. Di Inggris, populasi lebah turun 10-15% selama 2 tahun terakhir. Penurunan juga dapat tampak di Eropa dan Amerika Utara (ref 9).

Penyebab penurunan tidak ketahui dengan jelas. Dengan begitu banyak jenis species yang terpengaruh, penurunan populasi kemungkinan diakibatkan berbagai macam aspek, dan tidak satu pun menjadi alasan penurunan angka yang mengkhawatirkan ini.

Apapun sebabnya, kita harus mencari tahu penyebabnya. Tanaman disemai oleh tiga serangga ini, dan selanjutnya jika populasinya menurun dapat menyebabkan peningkatan harga makanan dan berpotensi kekurangan.

Perubahan iklim lokal juga menjadi masalah di Inggris, dimana musim dingin diprediksi lebih hangat dan basah serta musim panas yang kering. Cakupan dan jenis hama, penyakit dan gulma di Inggris kemungkinan berubah signifikan. Contohnya, keparahan batang phoma epidemic busuk diprediksi meningkat, namun kemunculan bercak daun tipis akan menurun (ref 10).

Akan muncul masalah baru terhadap ketahanan pestisida. Naiknya suhu dapat menyebabkan peningkatan angka generasi setiap tahun, yang membuat waktu ketahanan naik, dan musim dingin yang lebih hangat meningkatkan kelangsungan hidup daya tahan populasi hama.

 

Dunia yang saling berhubungan

Jika hasil panen dipengaruhi secara signifikan oleh penurunan serangga penyemai, atau bahkan proporsi kecil populasi kambing Inggris menyerah pada bluetongue, ekspor akan dibatasi, pekerjaan akan hilang, dan makanan terbuang. Terlebih lagi, pemusnahan kambing atau ternak akan berakibat pukulan pada harga daging, sehingga membuat mereka gulung tikar, terutama karena banyak sereal digunakan untuk makanan ternak dan permintaan daging secara global meningkat di hampir seluruh populasi negara-negara.

Oleh sebab itu, masalah ketahanan pangan di Inggris mempengaruhi dunia, seperti juga masalah dunia berpengaruh terhadap Inggris. Jika Inggris terpengaruh kenaikan harga tahun 2008, dimana harga standar makanan sehat seperti buah dan sayuran meningkat sampai lebih dari 30% di supermarket besar, maka diperlukan sebuah usaha besar dan berkesinambungan untuk meneliti masalah dan memberi jalan keluar bagi pertanian umumnya serta toko-toko diseluruh negeri.

 

Rujukan

Materi lebih lanjut pada resources.

Jon West’s presentation at workshop: Food security and sustainability – can we avert a food crisis?

 

***

Sumber naskah asli dan gambar: http://www.foodsecurity.ac.uk/issue/uk.html

Leave a comment