Panduan: Terjemahan Yang Baik

Dalam Petunjuk Umum Tes Sertifikasi Nasional (TSN) 2013 Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) yang terdapat dalam materi presentasi Bapak Evand Halim M.Hum, terdapat bagian yang menurut saya penting untuk selalu diingat oleh penerjemah, terutama tentu saja penerjemah baru seperti saya. Petunjuk tersebut adalah panduan membuat terjemahan yang baik.

Bagaimanakah terjemahan yang baik itu?

Terjemahan yang baik harus mengandung 3B:

B-1: Baik; maksudnya hasil terjemahan harus wajar

B-2: Benar; maksudnya isi terjemahan harus akurat; dan

B-3: Berterima; maksudnya hasil terjemahan harus sesuai dengan harapan pembaca.

Karena:

“Terjemahan yang baik dihasilkan oleh penerjemah yang kualitasnya baik. Kita juga tidak boleh lupa bahwa posisi seorang penerjemah sangat strategis.” (Hoed: 1980)

Jakarta, 31 Januari 2016

 

 

Ulasan Latihan 1/2016: The Guilty by David Baldacci

Ulasan latihan menerjemahkan tulisan dari novel berjudul “The Guilty” karya David Berlucci sudah diunggah oleh ibu Femmy, terima kasih bu. Ada beberapa kesalahan terjemahan saya yang diperiksa oleh ibu Femmy dan ditandai dengan huruf tebal.

Berikut adalah ulasan setiap kalimat yang kurang tepat:

Hasil koreksi:

Mungkinkah Robie meringkuk mengikuti bentuk bayangan jendela di sebuah gedung yang sunyi, di suatu Negara yang sekarang menjadi sekutu Amerika Serikat.

Esok hal itu dapat berubah.

Selama bertahun-tahun Robie selalu seorang diri di gedung-gedung kosong di negeri asing. Berada di posisi strategis, di jendela-jendela sambil menggenggam senjata. Normalnya, seseorang tidak akan membunuh dari jarak jauh dengan menggunakan senjata sniper rifle dilengkapi peluru peledak otak yang ditembakkan dengan bantuan optik berkelas Internasional, sementara orang-orang berdiri dan menontonnya melakukan hal itu.

Robie pernah dan selalu menjadi pelaksana taktis. Strategi jangka panjang merupakan ranah ahli yang lain, kebanyakan tipe politikus. Orang-orang ini banyak membunuh juga. Namun alih-alih menggunakan peluru, mereka pada dasarnya disogok untuk menetapkan undang-undang oleh rekan yang lain dengan uang yang sangat besar. Melebihi apa yang pantas mereka terima. Dan mereka menyakiti lebih banyak orang dibanding yang Robie mampu sakiti.

Ia mengawasi jalanan empat lantai dibawah sana.

Sepi.

Ah, itu tidak akan lama. Tidak setelah aku lakukan apa yang membuatku harus melakukannya disini.

Sebuah suara terdengar dari mikrofon di telinganya. Sebuah perintah pembunuhan dadakan dari intelijen, dan sebuah tahkik semua detil “rencana pelaksanaan” yang dinamai dengan wajar. Robie mengingat semuanya, seperti yang biasa ia lakukan sebelumnya. Ia mencerna informasi, menanyakan beberapa pertanyaan yang berhubungan, dan kemudian mendapat perintah untuk bersiaga. Semua adalah bagian profesionalisme. Semuanya normal, seakan semuanya bisa berada dalam situasi yang berakhir dengan kematian sadis seseorang.

***

Ulasan kesalahan 1:

Terjemahan:  Mungkinkah Robie meringkuk mengikuti bentuk bayangan jendela di sebuah gedung yang sunyi, di suatu Negara yang sekarang menjadi sekutu Amerika Serikat.

Sumber: Will Robie crouched shadowlike at a window in a deserted building, inside a country that was currently an ally of the United States.

Ulasan: 1. Nama tokoh adalah Will Robie; 2. crouch artinya “to bend low with the limbs pulled up close together, esp (of an animal) in readiness to pounce”. Ibu Femmy memilih menggunakan kata “mendekam” dan bukan “meringkuk” dengan pertimbangan ini merupakan sikap akan membunuh. Saya sendiri kemudian lebih memilih kata “berjongkok”; 3. negara tidak menggunakan huruf awal kapital.

Perbaikan: Will Robie berjongkok mengikuti bayangan jendela di sebuah gedung yang sunyi, di suatu negara yang sekarang menjadi sekutu Amerika Serikat.

Ulasan kesalahan 2:

Terjemahan:  Normalnya, seseorang tidak akan membunuh dari jarak jauh dengan menggunakan senjata sniper rifle dilengkapi peluru peledak otak yang ditembakkan dengan bantuan optik berkelas Internasional, sementara orang-orang berdiri dan menontonnya melakukan hal itu.

Sumber: One did not normally kill from long distance with a sniper rifle chambered with brain-busting ordnance fired with the aid of world-class optics while people stood around and watched you do it.

Ulasan: 1. sniper rifle diartikan oleh ibu Femmy sebagai “senapan runduk”; 2. kata “Internasional” tidak diawali dengan huruf kapital.

Perbaikan: Normalnya, seseorang tidak akan membunuh dari jarak jauh dengan menggunakan senjata runduk dilengkapi peluru peledak otak yang ditembakkan dengan bantuan optik berkelas internasional, sementara orang-orang berdiri dan menontonnya melakukan hal itu.

Ulasan kesalahan 3:

Terjemahan: Robie pernah dan selalu menjadi pelaksana taktis.

Sumber: Robie was and always would be a tactical weapon.

Ulasan: Ibu Femmy mengartikan kalimat diatas sebagai: “Robie adalah senjata taktis, dan akan selamanya demikian.”

Perbaikan: Robie adalah senjata taktis dan akan selalu begitu.

Ulasan kesalahan 4:

Terjemahan: Tidak setelah aku lakukan apa yang membuatku harus melakukannya disini.

Sumber: Not after I do what I came here to do.

Ulasan: Ibu Femmy mengartikan kalimat diatas sebagai:  “Pasti berakhir setelah aku melaksanakan tujuanku datang ke sini.”

Perbaikan: Tidak setelah kulakukan tugasku disini.

Ulasan kesalahan 5:

Terjemahan: Sebuah perintah pembunuhan dadakan dari intelijen, dan sebuah tahkik semua detil “rencana pelaksanaan” yang dinamai dengan wajar.

Sumber: It was a slew of last-minute intelligence, and a verification of all details of the “execution plan,” which was quite aptly named.

Ulasan: 1. Slew = “large amount or number; a lot”; 2. intelligence = informasi; 3. aptly = cook, pas. Ibu Femmy mengartikan kalimat diatas sebagai: “Serentet informasi di saat-saat terakhir, dan verifikasi semua perincian dari “rencana eksekusi”, istilah yang sangat pas.”

Perbaikan: Itu merupakan informasi-informasi terbaru dan tahkik rencana pelaksanaan yang paling tepat.

Ulasan kesalahan 6:

Terjemahan: Robie mengingat semuanya, seperti yang biasa ia lakukan sebelumnya.

Sumber: Robie absorbed all of it, just as he had so many times in the past.

Ulasan: absorbed = menyerap, mencermati, mendengar.

Perbaikan: Robie mendengarkan semuanya, seperti yang biasa ia lakukan sebelumnya.

Ulasan kesalahan 7:

Terjemahan: Semua adalah bagian profesionalisme. Semuanya normal, seakan semuanya bisa berada dalam situasi yang berakhir dengan kematian sadis seseorang.

Sumber: It was all part of the professional equation, all normal, if such things could be in a situation where the end result was someone’s dying violently.

Ulasan: 1. Equation diartikan oleh ibu Femmy sebagai “a situation or problem in which a number of factors need to be considered”. Jadi “professional equation” dapat dipahami sebagai “suatu situasi profesional yang melibatkan banyak faktor.” 2. professional = kerja profesional; 3.  “if such things could be” dilengkapi oleh ibu Femmy manjadi ““if such things could be (considered) normal” .

Perbaikan: Semua adalah bagian dari kerja profesional. Semuanya normal-jika situasi yang berakhir dengan kematian sadis seseorang bisa dianggap normal.

***

Hasil perbaikan:

Will Robie berjongkok mengikuti bayangan jendela di sebuah gedung yang sunyi, di suatu negara yang sekarang menjadi sekutu Amerika Serikat.

Esok hal itu dapat berubah.

Selama bertahun-tahun Robie selalu seorang diri di gedung-gedung kosong di negeri asing. Berada di posisi strategis, di jendela-jendela sambil menggenggam senjata. Normalnya, seseorang tidak akan membunuh dari jarak jauh dengan menggunakan senjata runduk dilengkapi peluru peledak otak yang ditembakkan dengan bantuan optik berkelas internasional, sementara orang-orang berdiri dan menontonnya melakukan hal itu.

Robie adalah senjata taktis dan akan selalu begitu. Strategi jangka panjang merupakan ranah ahli yang lain, kebanyakan tipe politikus. Orang-orang ini banyak membunuh juga. Namun alih-alih menggunakan peluru, mereka pada dasarnya disogok untuk menetapkan undang-undang oleh rekan yang lain dengan uang yang sangat besar. Melebihi apa yang pantas mereka terima. Dan mereka menyakiti lebih banyak orang dibanding yang Robie mampu sakiti.

Ia mengawasi jalanan empat lantai dibawah sana.

Sepi.

Ah, itu tidak akan lama. Tidak setelah kulakukan tugasku disini.

Sebuah suara terdengar dari mikrofon di telinganya. Itu merupakan informasi-informasi terbaru dan tahkik rencana pelaksanaan yang paling tepat. Robie mendengarkan semuanya, seperti yang biasa ia lakukan sebelumnya.  Ia mencerna informasi, menanyakan beberapa pertanyaan yang berhubungan, dan kemudian mendapat perintah untuk bersiaga. Semua adalah bagian dari kerja profesional. Semuanya normal-jika situasi yang berakhir dengan kematian sadis seseorang bisa dianggap normal.

***

Jakarta, 15 Januari 2016

 

 

Latihan Terjemahan 1/2016: The Guilty by David Baldacci

Seorang teman di kelas terjemahan mengirimkan sebuah tautan blog untuk berlatih terjemahan milik ibu Femmy Syahrani di sini. Beliau menawarkan untuk mengkoreksi hasil terjemahan di blognya.

Latihan yang diunggah pada tanggal 16 Desember 2015 tersebut terdiri dari 246 kata dan diambil dari novel The Guilty karya David Baldacci. Batas waktu pengumpulan hasil latihan adalah tanggal 14 Januari 2016, hari ini.

Saya mencoba untuk menerjemahkan latihan yang ada di blog ibu Femmy seperti di bawah ini:

Terjemahan:

Mungkinkah Robie meringkuk mengikuti bentuk bayangan jendela di sebuah gedung yang sunyi, di suatu Negara yang sekarang menjadi sekutu Amerika Serikat.

Esok hal itu dapat berubah.

Selama bertahun-tahun Robie selalu seorang diri di gedung-gedung kosong di negeri asing. Berada di posisi strategis, di jendela-jendela sambil menggenggam senjata.

Normalnya, seseorang tidak akan membunuh dari jarak jauh dengan menggunakan senjata sniper rifle dilengkapi peluru peledak otak yang ditembakkan dengan bantuan optik berkelas Internasional, sementara orang-orang berdiri dan menontonnya melakukan hal itu.

Robie pernah dan selalu menjadi pelaksana taktis. Strategi jangka panjang merupakan ranah ahli yang lain, kebanyakan tipe politikus. Orang-orang ini banyak membunuh juga. Namun alih-alih menggunakan peluru, mereka pada dasarnya disogok untuk menetapkan undang-undang oleh rekan yang lain dengan uang yang sangat besar. Melebihi apa yang pantas mereka terima. Dan mereka menyakiti lebih banyak orang dibanding yang Robie mampu sakiti.

Ia mengawasi jalanan empat lantai dibawah sana.

Sepi.

Ah, itu tidak akan lama. Tidak setelah aku lakukan apa yang membuatku harus melakukannya disini.

Sebuah suara terdengar dari mikrofon di telinganya. Sebuah perintah pembunuhan dadakan dari intelijen, dan sebuah tahkik semua detil “rencana pelaksanaan” yang dinamai dengan wajar. Robie mengingat semuanya, seperti yang biasa ia lakukan sebelumnya. Ia mencerna informasi, menanyakan beberapa pertanyaan yang berhubungan, dan kemudian mendapat perintah untuk bersiaga. Semua adalah bagian profesionalisme. Semuanya normal, seakan semuanya bisa berada dalam situasi yang berakhir dengan kematian sadis seseorang.

***

Sumber:

Will Robie crouched shadowlike at a window in a deserted building, inside a country that was currently an ally of the United States.

Tomorrow that could change.

Robie had been alone in many vacant buildings in foreign lands over the years, tactically positioned at windows while holding a weapon. One did not normally kill from long distance with a sniper rifle chambered with brain-busting ordnance fired with the aid of world-class optics while people stood around and watched you do it.

Robie was and always would be a tactical weapon. Longer-term strategies were the professional domain of others, mostly political types. These folks made good assassins, too. Only instead of bullets, they were basically bribed to enact laws by other folks with more money than was good for them. And they harmed a lot more people than Robie ever could.

He eyed the street four stories below.

Quiet.

Well, that won’t last. Not after I do what I came here to do.

A voice spoke in his ear mic. It was a slew of last-minute intelligence, and a verification of all details of the “execution plan,” which was quite aptly named. Robie absorbed all of it, just as he had so many times in the past. He processed the information, asked a few pertinent questions, and received a standby command. It was all part of the professional equation, all normal, if such things could be in a situation where the end result was someone’s dying violently.

***

Jakarta, 14 Januari 2016

 

Hasil review dari Ibu Femmy di sini.